28/08/09

Selalu Ada Jalan Keluar

Sebagai keluarga Kristen, saya (BN) beruntung memunyai seorang oma
  yang takut akan Tuhan. Oma selalu mendorong cucu-cucunya untuk taat
  berdoa, membaca firman Tuhan, dan sering memeriksa apakah kami sudah
  melakukannya pada malam hari sebelum kami tidur. Saat liburan, kami
  selalu bermain sampai larut malam. Biasanya kami cepat-cepat berdoa
  dan membaca Alkitab sebelum bermain agar saat ditanya Oma, kami
  dapat menjawab "sudah" dan boleh langsung tidur. Sejak kecil, kami
  diajarkan untuk rajin memberi persembahan di gereja. Untuk itu, Oma
  selalu menyiapkan uang yang masih baru. "Memberi persembahan kepada
  Tuhan haruslah yang terbaik," katanya.

  Mama, yang sejak muda menjadi guru sekolah minggu, selalu mendorong
  kami untuk melayani Tuhan. Bahkan di dalam doanya, ia selalu memohon
  agar semua anak-anaknya: saya, Niko (kakak), Kristin (adik) menjadi
  pendeta agar bisa membimbing banyak orang hidup dalam keselamatan,
  pengharapan, dan kebahagiaan di dalam Tuhan Yesus -- Juru Selamat
  dan Raja Damai itu. Hal itu membuat saya percaya bahwa doa yang
  sungguh-sungguh dari seorang ibu pastilah didengar Tuhan. Jika orang
  tua menabur kebenaran dalam hidup ini, keturunannya juga pasti
  dipelihara dalam berkat Tuhan. Papa adalah seorang yang jujur dan
  disiplin dalam pekerjaan. Suatu hari di perusahaannya ada pergantian
  manajemen, sehingga Papa, yang sebelumnya diberi tanggung jawab
  sebagai pimpinan cabang, diberhentikan dari perusahaan. Hal itu
  membuat saya dan Niko harus berhenti sekolah di Malang karena tidak
  ada biaya.

  Tahun 1965, kami pindah dari Malang kembali ke Bondowoso, dan
  bersekolah di sana. Untuk meneruskan biaya sekolah, orang tua kami
  tidak berputus asa. Mereka berjualan kacang goreng dengan dititipkan
  pada warung-warung kecil di pinggir jalan. Suatu ketika saya pernah
  diminta untuk mengantar kacang dagangan itu ke kios-kios rokok dan
  warung, namun saya menolaknya mentah-mentah karena saya malu. Papa
  tidak memarahi saya karena hal itu. Tanpa banyak bicara, ia
  mengambil sepeda tuanya dan mengantar sendiri kacang-kacang itu.
  Saya begitu tertempelak akan peristiwa itu, Papa yang dulunya
  seorang direktur dan biasa naik mobil, kini tanpa malu dengan sepeda
  tuanya menjajakan kacang goreng demi kelangsungan hidup keluarganya.
  Peristiwa itu membuat saya belajar dari Papa bagaimana menghadapi
  perubahan kehidupan dengan penuh ketegaran dan tanggung jawab.
  Jangan takut menghadapi kesulitan hidup ini, tapi hadapi dengan
  keberanian dan kesungguhan hati, sebab di dalam Tuhan Yesus selalu
  ada jalan keluar!

  Beberapa waktu berlalu, akhirnya Papa mendapat pekerjaan lagi
  sebagai pimpinan di suatu perusahaan sehingga kami bisa melanjutkan
  kuliah di perguruan tinggi. Niko lulus sebagai insinyur pertanian
  dan saya lulus sebagai insinyur teknik sipil dari Universitas
  Kristen Petra, Surabaya. Di situ juga saya berjumpa dengan seorang
  mahasiswi cantik bernama Linda saat Masa Prabakti Mahasiswa
  (Mapram). Kami menikah pada tahun 1973. Saya mengucap syukur kepada
  Tuhan Yesus yang memberikan Linda sebagai istri. Karena Linda, sejak
  remajanya, juga adalah seorang yang sangat kuat prinsip
  kekristenannya. Ia berlaku disiplin dan mengajar dengan bijak pada
  ketiga anak kami, yaitu Olivia, Raymond, dan Herbert untuk hidup
  mengasihi dan menghormati Tuhan. Saat kami berdua, suami-istri,
  bersepakat dan berdoa, apapun masalahnya Tuhan selalu memberikan
  jalan keluar. Tuhan sungguh ajaib dan penuh mukjizat dalam kehidupan
  keluarga kami.

  Pada waktu Raymond anak kami baru berumur 8 bulan, ketika sedang
  disuapi tiba-tiba bola matanya terbalik, hanya kelihatan putihnya
  saja dan hampir-hampir tidak bisa bernapas lagi. Kami sangat panik.
  Kami segera membawanya ke dokter. Melihat kondisi seperti itu,
  dokter menyarankan agar Raymond langsung dibawa ke rumah sakit.
  Setiba di rumah sakit dan diperiksa, dokter memanggil kami berdua
  dan menjelaskan bahwa Raymond kemungkinan mengalami radang otak. Dan
  akibat dari radang tersebut dapat mengakibatkan kematian atau akan
  terjadi gangguan pada otaknya. Kejadian ini membuat kami sedih
  sekali, kemudian saya katakan kepada Linda bahwa kita terima saja
  kondisi terburuk yang akan terjadi. Tetapi justru dalam keadaan
  semacam ini, Linda sangat percaya bahwa Tuhan pasti sembuhkan
  Raymond. Karena dia percaya bahwa sejak dalam kandungan, kami sudah
  menyerahkan anak kami sepenuhnya kepada Tuhan untuk melayani-Nya.

  Kata-kata yang penuh iman itulah yang menyadarkan saya untuk kami
  sepakat berdoa. Sambil bergandengan tangan, kami berseru: "Tuhan
  Yesus, tolong Raymond!" Tanpa perlu menunggu lama, setelah berdoa,
  terjadi mukjizat itu. Ketika Linda sedang memegang tangan Raymond,
  tiba-tiba tangannya bisa merespons dan pada waktu yang hampir
  bersamaan, kami melihat bola matanya kembali normal! Raymond sembuh
  total! Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar